SEJARAH
DAN OBJEK WISATA DI YOGYAKARTA
Kata pengantar :
assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah
yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi tercinta yakni
nabi muhammad SAW.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang SEJARAH DAN WISATA DI YOGYAKARTA, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini memuat tentang “sejarah dan objek wisata” yang biasanya di kunjungi oleh semua orang . Walaupun laporan ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru bahasa Indonesia yaitu Ibu Ruhui yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun laporan.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
02 Januari 2013
penyusun
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang SEJARAH DAN WISATA DI YOGYAKARTA, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini memuat tentang “sejarah dan objek wisata” yang biasanya di kunjungi oleh semua orang . Walaupun laporan ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru bahasa Indonesia yaitu Ibu Ruhui yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun laporan.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
02 Januari 2013
penyusun
(Rahmad Maulana A)
Motto
1. Cintailah tempat wisata yang ada di
dunia ini
2. Jagalah dengan baik tempat - tempat
wisata
3. Lindungi alammu dengan baik
BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Daerah
istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama jogja,merupakan kota
yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya.
Yogyakarta
merupakan pusat kerajaan mataram,dan sampai saat ini masih ada keraton yang
masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.jogja juga memiliki banyak candi yang
berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan besar zaman
dahulu,salah satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada abad ke 9 oleh dinasti
syailendra,sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma.
Pegunungan,pantai-pantai,hamparan
sawah yang hijau dan udara yang sejuk menghiasi keindahan kota jogja.masyarakat
jogja hidup dengan damai dan mempunyai keramahan yang khas.coba kita
berkeliling desa,kita pasti akan mendapat senyuman dansapaan yang hangat dari
para penduduk sekitar.
Suasana seni
yang begitu terasa di jogja.malioboro yang merupakan urat nadi jogja dibanjiri
barang-barang kerajinan dari segenap penjuru. Para pengayuh becak pun siap mengantarkan
kita mengelilingi tempat-tempat pariwisata.
Tak ayal
bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para
wisatawan mancanegara,untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di
jogja.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah kota jogjakarta ?
2.
Dimana
saja tempat-tempat pariwisata yang sering dikunjungi para wisatawan ?
3.
Kenapa
kota Jogjakarta dikatakan sebagai kota pariwisata ?
4.
Mengapa
jogjakarta disebut juga sebagai kota pendidikan ?
5.
Kapan
Borobudur diresmikan sebagai keajaiban dunia ?
6.
Mengapa
di kota jogjakarta terdapat banyak candi ?
7.
Usaha
apa saja yang dilakukan untk tetap mempertahankan kota jogjakarta ?
8.
Bagaimana
cara untuk menjaga kota wisata ini agar tetap utuh ?
C.
Pembatasan Masalah
Masalah-masalah
yang dibahas di karya tulis ini adalah tentang bagaimana cara menjaga keutuhan
serta keaslian semua tempat pariwisata yang ada di jogja.dan tentang
pengelolaan tempat-tempat wisata ditinjau dari sumber daya manusia dan sumber
daya alam yang ada.
D.
Tujuan Kunjungan
Tujuannya
adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di
sekolah,mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di jogja, dan dapat mengetahui
segala tempat-tempat wisata yang ada di jogja.
BAB 2
Laporan Hasil Kunjungan
Ke Yogyakarata
A. Pantai Parangtritis
Parangtritis, adalah sebuah
tempat pariwisata berupa pantai pesisir Samudra Hindia yang
terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan
kota Yogyakarta. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat
pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung –
gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut
oleh orang-orang sekitar gumuk.
Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini
merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi,
Kraton Yogyakarta dan Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat
bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai
menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah
hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian.
Sejumlah pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini.
Menikmati pemandangan alam tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu
bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat
lebih bervariasi dan anda pun memiliki pengalaman yang berbeda. Bila anda
berdiri di tepian pantainya, pesona alam yang tampak adalah pemandangan laut
lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras serta tebing-tebing tinggi
di sebelah timurnya.
Untuk menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah
timur ke barat dan memandang ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa
menyewa jasa bendi yang akan mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah.
Ada pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa
membicarakan dengan para penyewa jasa.
B. Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah mahakarya kebudayaan Hindu dari
abad ke-10. Bangunannya yang langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat
kecantikan arsitekturnya tak tertandingi. Candi yang utama yaitu Candi Siwa
(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak
Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah
kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa
(Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat
Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai
Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi
dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum
Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk
suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian
mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama,
yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang
Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur.
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang
menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda
untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4
candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan
bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama
berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga
(istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah
yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan
di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa,
anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga
Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan
menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda
yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok
manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik
dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh
dan bersayap mirip elang.
Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas
sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan
dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi
Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda
yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak
orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia
menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila
mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk
lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan
kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan
istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah
Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang
diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru
yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan
keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah
mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa
masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan
untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan
konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat
relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada
gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa
relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu
baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat
lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih
ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan
hanya tampak fondasinya saja.
Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang
dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti
bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam
situasi peperangan.
C. Malioboro
Kawasan
Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini
didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak
ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan
rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di
kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga
nama-nama lokal.
Barang yang
diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari
sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan
aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat
pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe
melati.
Keramaian
dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima
yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya
yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi
para wisatawan.
Mereka
berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan,
kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit,
sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu
perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai
model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada
yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar
plastik di lantai.
Sehingga
saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling
berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan
banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga
perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro
menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya
laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak
jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat
memalukan sebenarnya.
D. Candi Borobudur
1.1 Letak
Candi
Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,
Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan
Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan
pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo
dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi,
dengan ketinggian 265 dpl.
1.2 Bentuk
Bangunan
A. Denah Candi Borobudur ukuran panjang
121,66 meter dan lebar 121,38 meter.
B. Tinggi 35,40 meter.
C. Susunan bangunan berupa 9 teras
berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah
persegi dan3 teras berdenah lingkaran.
D. Pembagian vertikal secara filosofis
meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
E. Pembagian vertikal secara teknis
meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
F. Terdapat tangga naik di keempat
penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina.
G. Batu-batu Candi Borobudur berasal dari
sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter
persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
1.3 Riwayat Temuan
Candi
Borobudur muncul kembali tahun 1814 ketika Sir Thomas Stanford Raffles,
Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesia mengadakan
kegiatan di Semarang, waktu itu Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah
Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar, kemudian ia mengutus Cornelius
seorang Belanda untuk membersihkannya. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen
Kedu yang bernama Hartman pada tahun 1835. Disamping kegiatan pembersihan, ia
juga mengadakan penelitian khususnya terhadap stupa puncak Candi Borobudur,
namun sayang mengenai laporan penelitian ini tidak pernah terbit.
Pendokumentasian berupa gambar bangunan dan relief candi dilakukan oleh Wilsen
selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan dokumen foto dibuat pada tahun 1873
oleh Van Kinsbergen. Menurut legenda Candi Borobudur didirikan oleh arsitek
Gunadharma, namun secara historis belum diketahui secara pasti. Pendapat
Casparis berdasarkan interpretasi prasasti berangka tahun 824 M dan prasasti
Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi Borobudur adalah Smaratungga yang memerintah
tahun 782-812 M pada masa dinasti Syailendra. Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan
agama Budha Mahayana.
Pendapat
Dumarcay Candi Borobudur didirikan dalam 5 tahap pembangunan yaitu:
- Tahap I +
780 Masehi
- Tahap II dan III + 792 Masehi
- Tahap IV + 824 Masehi
- Tahap V + 833 Masehi
- Tahap II dan III + 792 Masehi
- Tahap IV + 824 Masehi
- Tahap V + 833 Masehi
1.4 Nama Candi Borobudur
Mengenai
penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
1.5 Pemugaran
Upaya
pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama dilakukan
oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp dan yang kedua
dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).
Pemugaran I
tahun 1907 – 1911, Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia
Belanda. Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi
yaitu tiga teras bundar dan stupa pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya
tidak diketemukan kembali, bagian puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang
kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih bersifat tambal sulam seperti
perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan langkan tanpa pembongkaran
sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi telah dilakukan sejak
pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus menerus
mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara proses
kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh berbagai
faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia
yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3
macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam
batu-batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).
Pemugaran II
tahun 1973 – 1983, Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada
tahun 1911, pemeliharaan terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan
perbandingan antara kondisi saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10
tahun sebelumnya, diketahui ternyata proses kerusakan pada Candi Borobudur
terus terjadi dan semakin parah, terutama pada dinding relief batu-batunya
rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya juga terancam oleh
kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB, maka secara otomatis
Indonesia menjadi anggota UNESCO. Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia
mulai mengimbau kepada dunia internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan
yang sangat bersejarah tersebut. Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari
Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975 mulailah dilakukan pemugaran secara
total. Oleh karena pada tingkat Arupadhatu keadaannya masih baik, maka hanya
tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam pembongkaran tersebut ada tiga
macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh
bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi, pekerjaan
teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi
Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap
air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan
dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang
sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke
bentuk semula.
1.6 Relief
Disamping
maknanya sebagai lambang alam semesta dengan pembagian vertikal secara
filosofis meliputi Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Candi Borobudur
mengandung maksud yang amat mulia, maksud ini diamanatkan melalui relief-relief
ceritanya. Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun
dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief
hias sejumlah 1.212 panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi)
mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh
nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan
160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat
Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia
yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh
suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang
terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha. Berikut
uraian singkat dari relief tersebut.
1. Tingkat I
Ø Dinding atas relief Lalitavistara :
120 panilRelief ini menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha Gautama dimulai
pada saat para dewa di surga Tushita mengabulkan ermohonan Bodhisattva untuk
turun ke dunia menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama. Ratu Maya
sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran gajah putih dirahimnya. Di Taman
Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi nama pangeran Sidharta. Pada
waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh langkah pertamanya
tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal, dan Sidharta
diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan Yasodhara
yang disebut dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami empat
perjumpaan yaitu bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang mati
membuat Sidharta menjadi gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita,
sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta
itu damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi seorang
pendeta. Oleh karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta, maka
ayahnya mendirikan istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat
perjumpaan tersebut Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya
diam-diam meninggalkan istana. Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan
memotong rambutnya. Pakaian istana ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang
sudah meninggal, dan bersatu dengan orang-orang miskin. Sebelum melakukan
samadi Sidharta mensucikan diri di sungai Nairanjana. Sidharta senang ketika
seorang tukang rumput mempersembahkan tempat duduk dari rumput usang. Di bawah
pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak, Sidharta menerima
pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota Benares.
Ø Dinding bawah relief Manohara dan
Avadana : 120 panilCerita Manohara menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu
kisah perkawinan pangeran Sudana dengan bidadari Manohara. Karena berjasa
menyelamatkan seekor naga, seorang pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso
dari orang tua naga. Pada suatu hari Halaka melihat bidadari mandi di kolam,
dengan lasonya berhasil menjerat salah seorang bidadari tercantik bernama
Manohara. Oleh karena Halaka tidak sepadan dengan Manohara, maka Manohara
dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun ayah Sudana tidak setuju.
Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan pangeran Sudana dengan
Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali orang-orang suci,
diantaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah. Seekor
burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang.
Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja
Sipi. Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama
beratnya, maka raja Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang.
Seorang pemimpin harus berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua
makhluk hidup.
Ø Langkan bawah (kisah binatang) relief
Jatakamala: 372 panil langkan atas (kisah binatang) relief Jataka:128 panil
Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang mengisahkan reinkarnasi
sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia bernama pangeran
Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada penjelmaan sang Buddha sebagai
binatang yang berbudi luhur dengan pengorbanannya. Cerita jataka diantaranya
kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka mengganggu banteng, namun banteng
diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng
menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu
kedamaian binatang-binatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng
karena sikap banteng didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah
jataka lainnya adalah pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk
dimakan oleh para pengungsi yang kelaparan.
2. Tingkat II
Ø Dinding
relief Gandawyuha : 128 panil
Ø Langkan
relief Jataka/Avadana : 100 panil Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan Sang
Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antara lain terdapat pada
sudut barat laut, yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan
tertangkap, akhirnya memberikan ajarannya.
3. Tingkat III
Dinding
relief Gandawyuha : 88 panil
Relief ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II.
Relief ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II.
1.7 Arca
Ø Tokoh yang diarcakan: Dhyani Buddha,
Manusi Buddha, dan Boddhisatva.
Ø Jumlah arca : 504 buah
Rincian
letak arca :
Ø Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432
arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil dan diletakkan pada relung, dengan
rincian: Teras I : 104 arca Teras II : 104 arca Teras III : 88 arca Teras IV :
72 arca Teras V : 64 arca
Ø Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72
arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam stupa, dengan rincian:Teras VI
: 32 arca Teras VII : 24 arca Teras VIII : 16 arca
Ø Pada tingkat Rupadhatu ini terdapat
432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam relung di segala penjuru arah mata
angin yaitu: Arca Dhyani Buddha Aksobya letak di sisi Timur dengan sikap tangan
Bhumisparsamudra, Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa letak sisi Selatan dengan
sikap tangan Waramudra, Arca Dhyani Buddha Amoghasidha letak di sisi Utara
dengan sikap tangan Abhayamudra, Arca Dhyani Buddha Wairocana di pagar langkan
tingkat V dengan sikap Witarkamudra.
Ø Di dalam stupa teras I, II, dan III
terdapat arca Dhyani Buddha Vajrasattva dengan sikap tangan Dharmacakramudra.
Ø Arca singa : 32 buahMenurut agama
Buddha singa adalah kendaraan sang Buddha pada waktu naik ke surga, simbol
kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk menjaga kesucian Candi Borobudur.
1.8 Stupa
Jumlah stupa
73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras melingkar I, 24
stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III.
Bentuk stupa :
Bentuk stupa :
- Stupa
induk berongga, tanpa lubang terawang
- Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa teras melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III
- Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke tingkat kesempurnaan – Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih sederhana atau ?sempurna? daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.
- Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa teras melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III
- Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke tingkat kesempurnaan – Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih sederhana atau ?sempurna? daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.
1.9 Perlindungan
Usaha
perlindungan dilakukan dengan membuat mintakat (zoning) pada situs Candi
Borobudur yaitu:
- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius 200 m)
- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan perlindungan lingkungan sejarah (radius 500 m)
- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)
- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)
- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)
Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.
- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius 200 m)
- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan perlindungan lingkungan sejarah (radius 500 m)
- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)
- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)
- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)
Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.
PENUTUP
Kesimpulan :
maka dapat
disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat
banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri
seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke jogja.
Selain
itu,kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya
barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita harus
tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang
khas dimata dunia.
Jogja
merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan
menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di
jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat
luas,para wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada
di jogja.
Saran :
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Demikianlah
Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan karya
tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sebagai
manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. Semoga laporan
ini
bermanfaat bagi kita semua.
bermanfaat bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment